KARAWANG, KANALKARAWANG.COM – Kondisi fisik SD Negeri Kutajaya 3 yang berada di Dusun Babakan Banten, Desa Kutajaya, Kecamatan Kutawaluya, saat ini tengah menjadi perhatian serius. Bangunan sekolah yang sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki tersebut kini dalam kondisi rusak berat dan dinilai berpotensi membahayakan keselamatan siswa serta tenaga pendidik.
Dalam inspeksi mendadak yang dilakukan oleh pihak Kecamatan Kutawaluya bersama Pemerintah Desa Kutajaya pada Rabu, 6 Agustus 2025, kerusakan terlihat jelas di hampir seluruh bagian sekolah. Atap bocor dan nyaris roboh, dinding yang sudah retak, hingga lantai yang rapuh menjadi gambaran nyata kondisi sekolah saat ini.
Kepala Desa Kutajaya, Deni Lusmana, menyampaikan kekhawatirannya atas situasi ini. Ia menilai kerusakan bangunan sudah berada pada tahap yang tidak bisa lagi ditangani dengan perbaikan ringan.
“Bangunan SDN Kutajaya 3 kondisinya benar-benar memprihatinkan. Ini bukan lagi butuh perbaikan ringan, tapi harus dilakukan rehab berat secepatnya. Kami sangat khawatir dengan keselamatan anak-anak yang belajar di sana,” ujar Deni.
Ia pun mendorong agar Pemerintah Kabupaten Karawang, khususnya Dinas Pendidikan, segera menindaklanjuti dan memasukkan SDN Kutajaya 3 ke dalam program prioritas rehabilitasi sekolah tahun ini.
“Kami dari pihak desa siap membantu koordinasi, tapi keputusan anggaran ada di pemerintah kabupaten. Harapan kami, tahun ini bisa masuk program rehab,” tambahnya.
Deni juga mengingatkan bahwa keberadaan sekolah yang layak adalah bagian penting dari komitmen mencerdaskan generasi muda. Menurutnya, sangat disayangkan jika fasilitas pendidikan justru berada dalam kondisi yang nyaris roboh dan terus diabaikan.
“Kami sangat khawatir dengan keselamatan anak-anak yang belajar di sana,” tegasnya lagi.
Disisi lain, masyarakat Desa Kutajaya dan para orang tua siswa turut menyuarakan keprihatinan. Mereka berharap agar perbaikan segera dilakukan sebelum kerusakan bangunan menimbulkan risiko yang lebih besar.
Hingga saat ini, kegiatan belajar mengajar masih berlangsung meskipun sebagian ruang kelas sudah tidak digunakan karena dianggap terlalu berisiko. Guru dan siswa pun terpaksa beradaptasi dalam kondisi darurat.*(red)


